GURUN, GORAN, GOROM DALAM SUMPAH PALAPA GAJAH MADA

Sumpah Palapa adalah suatu pernyataan/sumpah yang dikemukakan oleh Gajah Mada pada upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit, tahun 1258 Saka (1336 M).

Sumpah Palapa ini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Pararaton, yang berbunyi,

Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

Terjemahannya,

Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Beliau Gajah Mada, “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”.

(Dari Wikipedia bahasa Indonesia)

Dari isi naskah ini dapat diketahui bahwa pada masa diangkatnya Gajah Mada, sebagian wilayah Nusantara yang disebutkan pada sumpahnya belum dikuasai Majapahit. Pada pengukuhan Gajahmada sebagai patih, ia melontarkan sumpahnya untuk menaklukan daerah Nusantara yang belum ditaklukannya, diantaranya adalah, Gurun (Goran/Gorom), dan Seram. Disebutkan bahwa Gurun adalah suatu daerah di Bali yang dikenal sebagai Nusa Penida. Namun Gurun adalah suatu daerah di daerah Indonesia Bagian Timur yakni salah satu pulau yang terletak di sepanjang gugusan kepulauan Seram Bagian Timur (SBT). Sedangkan Seran (P.Seram) adalah induk dari pulau-pulau yang mengelilinginya.

Gurun (Goran/Gorom) sendiri merupakan pulau yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yang di yakini bahwa Islam masuk ke maluku lebih awal dari kerjaan Islam Pasai di Aceh. Perlu di pahami bersama menurut pembahasan penyebaran Islam dalam literatur sejarah, bahwa islam masuk ke Indonesia pertama kali melalui jalur perdagangan dan perkawinan oleh saudagar-saudagar dari Gujarat (salah satu tempat di India) di ikuti oleh para saudagar-saudagar dari Timur Tengah. Mengingat bahwa kemahsyuran negeri para raja-raja (Al-Mulk), Moluccas, Maluku akan hasil rempah-rempah ini menyebar seantero dunia saat itu, menyebabkan banyak ekspedisi-ekspedisi oleh orang- orang Cina salah satunya adalah Laksaman Cheng Ho, Alburquerque dari Eropa, serta para saudagar Timur-tengah dan Afrika. Asumsi ini yang mendasari bahwa islam pertama kali di Maluku, melalui perdagangan karena pada saat yang sama maluku dikenal dengan hasil rempah, dan jalur perdagangan di maluku semakin ramai. Banyak bangsa datang dan berniaga, di samping berniaga merekapun menyebarkan agama antara lain adalah Islam yang dibawa para saudagar dari Gujarat dan Timur Tengah melalui cara-cara seperti disebutkan sebelumnya, Islam selanjutnya menyebar kedaerah-daerah diseluruh nusantara. Hal ini masih akan terus dikaji secara cermat untuk menguak fakta sejarah mengenai masuknya islam di Indonesia secara cermat dan menyeluruh. Sebagai anak daerah perlu kiranya mengkritisi dari isi Sumpah Palapa Gajahmada berkenaan dengan daerah yang disebutkan sebelumnya yakni Gurun (Goran,Gorom). Pada penjabaran asal-usul daerah di paparkan bahwa Gurun adalah suatu tempat di Bali yang bernama Nusa Penida. Penulis selaku anak daerah yang sejak kecil banyak mendengar dari para orang tua bahwa Gurun, Goran, Gorom adalah salah satu daerah yang disebutkan dalam sumpah palapa, Gurun (baca ‘goran) merupakan salah satu pulau besar di gugusan kepulauan Seram Bagian Timur yang di sebut dalam bahasa setempat “Goran tuber tolu” di yakini hampir sebahagian penduduknya sebagai daerah yang disebutkan kan gajahmada akan ditaklukannya, meskipun dalam literatur sejarah di sebutkan Nusa Penida, Bali adalah Gurun.

Kultur Masyarakat goran itu sendiri masih ada sedikit praktek-praktek hinduisme, yang berakulturasi dengan budaya serta agama islam yang menjadi mayoritas di sana, antara lain adalah membakar kemenyan saat mendoakan orang yang telah meninggal dunia (tahlil) dan lain-lain. Hal ini menegaskan bahwa daerah ini pernah ada ajaran Hinduisme yang nota bene berkaitan dengan Majapahit jauh sebelum Islam masuk di Maluku. Pada dasarnya kritik ini merupakan kegundahan penulis terhadap fakta sejarah yang tak akan pernah berhenti untuk terus di gali. Sebagai insan intelektual perlu di sampaikan disini bahwa tidak ada pretensi apapun dalam penulisan ini, sebaliknya sebagai suatu wahana pembelajaran dan pengayaan bagi penulis.

Penulis

Magain Ratu Taufan Rumalean S.Ikom

S1 Ilmu KomunikasI, Universitas Persada Indonesia YAI. Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Jakarta Pusat –Utara. Saat ini bekerja sebagai Media Relation di Perusahaan Konsultan Public Relations PT. Awal Fajar Adicita Mandiri, dan sebagai Trainer Bahasa Inggris.

2 Responses to “GURUN, GORAN, GOROM DALAM SUMPAH PALAPA GAJAH MADA”

  1. Amin kotarumalos Says:

    Pemaparan yang komplit om atau abang taufan rumalean. Bermanfaat. Salam ita wotu nusa

    • mcgynt Says:

      Salam Ita Wotu Nusa
      Thanks for your comment on my writing, may God the greatest give all the insight to you.
      sorry for the latest reply, I got a bit problem with my blog.

Leave a comment